Kami Sudah Muak dan Bosan Mengapa Hanya Asap untuk Kami

Bagikan Artikel Ini:

Kami Sudah Muak dan Bosan
Mengapa Hanya Asap untuk Kami

Opini

Penulis mengaitkan fakta bencana alam asap yang diderita masyarakat Riau akibat karhutla (kebakaran hutan dan lahan) yang berkepanjangan dengan puisi karya Sastrawan Indonesia, Taufik Ismail.

Sangat relevan beberapa bait karya Taufik Osmail ini dengan kondis bangsa umumnya dan propinsi Riau khususnya.

Kami Muak dan Bosan itulah judul puisi seniman itu.

Dulu Alamnya indah, gunung dan sungainya rukun berdampingan,
pemimpinnya jujur dan ikhlas memperjuangkan kemerdekaan
Ciri utama yang tampak adalah kesederhanaan
Hubungan kemanusiaanya adalah kesantunan
Dan kesetiakawanan
Semuanya ini fondasinya adalah
Keimanan

Tapi,
Kini negeri ini berubah jadi negeri copet, maling dan rampok,
Bandit, makelar, pemeras, pencoleng, dan penipu
Negeri penyogok dan koruptor,
Negeri yang banyak omong,
Penuh fitnah kotor
Begitu banyak pembohong
Tanpa malu mengaku berdemokrasi
Padahal dibenak mereka mutlak dominasi uang dan materi
Tukang dusta, jago intrik dan ingkar janji

Kini
Mobil, tanah, deposito, dinasti, relasi dan kepangkatan,
Politik ideologi dan kekuasaan disembah sebagai Tuhan
Ketika dominasi materi menggantikan tuhan

Kini
Negeri kita
penuh dengan wong edan, gendeng, dan sinting
Negeri padat, jelma, gelo, garelo, kurang ilo, manusia gila
kronis, motologis, secara klinis nyaris sempurna, infausta

Jika penjahat-penjahat ini
Dibawa didepan meja pengadilan
Apa betul mereka akan mendapat sebenar-benar hukuman
Atau sandiwara tipu-tipuan terus-terus diulang dimainkan
Divonis juga tapi diringan-ringankan
Bahkan berpuluh-puluh dibebaskan
Lantas yang berhasil mengelak dari pengadilan
Lari keluar negeri dibiarkan
Dan semuanya itu tergantung pada besar kecilnya uang sogokan

Di Republik Rakyat Cina,
Koruptor
Dipotong kepala
Di kerajaan arab saudi,
Koruptor
Dipotong tangan
Di Indonesia,
Koruptor
Dipotong masa tahanan

Kemudian berhanyutanlah nilai-nilai luhur luar biasa tingginya
Nilai Keimanan, kejujuran, rasa malu, kerja keras, tenggang rasa, pengorbanan,
Tanggung jawab, ketertiban, pengendalian diri,
Remuk berkeping-keping
Akhlak bangsa remuk berkeping-keping
Dari barat sampai ke timur
Berjajar dusta-dusta itulah kini Indonesia
Sogok Menyogok menjadi satu,
Itulah tanah air kita Indonesia

Kami muak dan bosan
Muak dan bosan
Kami
Sudah lama
Kehilangan kepercayaan. (Taufik Ismail, Kami Muak dan Bosan).

Baca Juga :  HOAX: FILTER DULU SEBELUM DI SEBARLUASKAN

Renungilah makna puisi itu. Kami sudah muak dan bosan dengan bencana asap ini. Negri yang kaya ini seharusnya bukan asap yang dihidangkan kepada masyarakat Riau. Tetapi kesejahteraan masyarakat.

Cobalah lihat puluhan cerobong pabrik menjulang tinggi mencakar langit. Jutaan hektar lahan dikuasai oleh para cukong dan oknum pejabat. Kekayaan migas, hutan sekarang luluhlantah, telungkup aup.

Tapi, Kini negeri ini berubah jadi negeri copet, maling dan rampok, Bandit, makelar, pemeras, pencoleng, dan penipu, Negeri penyogok dan koruptor (sepengal puisi Taufik Ismail).

Baca Juga :  HOAX: FILTER DULU SEBELUM DI SEBARLUASKAN

Sepantasnya para korporasi itu mempeduikan masyarakat di sekitar. Menjaga dan melestarikan alam dan rama lingkungan. Padahal dibenak mereka mutlak dominasi uang dan materi. Tukang dusta, jago intrik dan ingkar janji (sepengal puisi Taufik Ismail).

Atas nama rakyat Riau, mengapa kami kalian beri santapan asap. Sementara kalian tidak ada disini. Sesungguhnya kami sudah muak dan bosan seperti puisi sastrawan Indonesia Taufik Ismail. (sbnc-opini).

Komentari Artikel Ini