Lahan Gambut Terbakar, 10 Siswa Pingsan

Bagikan Artikel Ini:

Suaraburuhnews.com – Meulaboh – Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), Desa Blang Balee, Kecamatan Samatiga, Meulaboh, menjadi korban kebakaran lahan gambut.

Mereka kesulitan bernapas akibat menghirup udara yang tercemar.

Kepala MTsN Blang Balee Junaidi Ibbas menyatakan, gara-gara dikepung kabut asap itu, sampai ada siswa yang pingsan.

“Tidak mampu kami tangani, langsung kami larikan 10 pelajar (yang pingsan) ke Puskesmas Cot Seumereung,” jelas Junaidi, sebagaimana yang dilansir jpnn, pagi ini.

Setelah mendapatkan perawatan medis, kondisi mereka berangsur membaik.

Dia menyebutkan, polusi asap tebal muncul sejak pagi. Kendati demikian, kegiatan belajar-mengajar (KBM) tetap berjalan.

Namun, KBM baru 30 menit berlangsung, secara masal siswa mengeluh sulit bernapas.

Perawat Puskesmas Cot Seumeureng Julita mengungkapkan, pihaknya memberikan alat bantu pernapasan berupa oksigen kepada para siswa yang menjadi korban asap.

Empat di antara 10 siswa menjalani perawatan. Yakni, Cut Zahara Sarmila (15) M. Zaki (13) Eli Maulidayani (15 ) dan Roza Fitria (12).

Sementara itu, berdasar data dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dien, sejak kebakaran lahan gambut terjadi, sedikitnya 23 pasien datang dengan keluhan gangguan pernapasan akibat kabut asap.

Di sisi lain, warga dan santri Pesantren Serambi Mekkah bersama polisi, TNI, BPBD, serta instansi pemerintah lain menggelar salat Istisqa.

Salat memohon turun hujan di Mapolres Aceh Barat itu dipimpin Tgk. Armen Nuriqmar, pembina pondok Pesantren Serambi Mekkah.

“Kekeringan dan kebakaran lahan gambut terus meluas. Kami berdoa agar Allah turunkan hujan deras yang mampu memadamkan api,” ujar Kapolres Aceh Barat AKBP Teguh Priyambodo Nugroho.

Akibat kebakaran itu juga, sepasang suami istri lanjut usia Abu Nyakman (60) dan Salbiah dievakuasi.

Kobaran api hanya berjarak sekitar 50 meter dari rumah mereka di Desa Suak Raya, Kecamatan Johan Pahlawan, sekitar pukul 21.00 WIB Selasa (25/7).

“Kalau masalah gangguan asap tebal, selama empat hari sudah biasa kami hirup. Meskipun batuk dan perih mata sedikit, telah biasa. Tapi, kalau ancaman api mendekat, itu yang kami takut,” ucap Nenek Salbiah.

Soal gangguan kabut asap, Zainuddin, warga lain, mengatakan telah menjadi makanan sehari-hari warga setempat dalam sepekan terakhir.***

 

Komentari Artikel Ini