Budak-budak Terantang Manuk Amat Rindu Mandi di Sungai

Bagikan Artikel Ini:
Poto: Budak-budak kampung dengan tokoh masyarakat saat di sungai Desa Terantang Manuk Pkl Kuras. (9/9/2020) : Dok. sbnc.

Budak-budak Terantang Manuk Amat Rindu Mandi di Sungai

Feature
Ditulis: Rojuli

Tiada yang indah selain dari dunia kanak-kanak. Tiada yang lebih seronok melainkan zaman kanak-kanak. Tiada yang bersarang di hati penuh dengan kerinduan melainkan di zaman kanak-kanak. Semuanya bermula dengan kampung atau desa.

“Tapi kini aku amat rindu dengan sungai yang jernih,” kata budak-budak (anak-anak-red) Desa Terantang Manuk
Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan, Riau.

Kebeningan air yang mangalir laju di atas empangan dalam sungai sudah sebulan berlalu. Bocah-bocah kampung tak bisa lagi bergembira sambil loncatan di pinggir sungai untuk mandi. Air sungai kami sudah tercemar seperti hitamnya air kopi.

“Sungai ini tempat budak-budak kami bermain. Mandi bagaikan di kolam renang kalau di kota. Inilah ganti kolam renang bagi budak-budak kampung kami,”ungkap Khairat (41).

Wajah budak-budak kampung tertunduk lesu. Rijek (5), Ayi (5) dan Humaira (4) hanya tersipu-sipu ketika ditanya air sungainya kenapa hitan pekat seperti ini.

“Tak bisa lagi kami mandi dan bermain. Airnya sudah jorok,” ucap budak-budak itu suaraburuhnews.com siang tadi Rabu(9)9/2020).

Betapa kejamnya PT Arara Abadi perusahaan yang menghukum budak-budak kampung tanpa dosa, tak mengerti dan tak tau apa-apa. Sehingga tempat bermain dan tempat bersukria mereka luluh lantah oleh perusahaan yang zolim.

Humaira dan kawan-kawannya menatap semu pada. pandangannya ke air sungai keruh bak air got itu.

Tak ada lagi air sungai jernih mempesona, tak dapat lagi melihat anak-anak ikan berkejaran antara satu sama dengan yang lainnya.

Humaira dan puluhan budak-budak kamoung Terantang Manuk amat rindu dengan sungai mereka bak semula.
Di sinilah kesaksian mereka tempat bermain. Dan di sini juga ayah -ayah mereka mencari ikan. Sungguh kini semua itu kini sirna karena kejamnya industrialisasi yang mengoyak-mengoyak nilai-nilai dan keberadaban lingkungan alamiah.

Wajah murung bercampur keringat di wajah-wajah budak – budak kampug itu. Sudah sebulan lebih mereka tak bisa mandi ‘bakuncah’. Tak bisa lagi mandi ‘tojun lopek’. Waduh kejamnya orang-orang kaya, orang hebat sehingga nasip anak kampung seperti itu. Kepada siapa lagi tempat mereka bertumpu untuk mengadu. Fakta di depan mata ratusan bidak-budak kampung menjerit di depanmu wahai wakil rakyat wahai Bupati dan Gubernur.

Sungai bagi bocah-bocah kecil dan degil mandi bak di istana. Kini istana mereka tinggal hanya kesaksian yang bisu.

Adakah mimpi indah itu akan terwujud kembali oleh perusahaan yag sombnong. Wajah-wajah mungil dan lucu tak segembira seperti biasanya. Mereka dalam keresahan menunggu sungai bak seperti semula.

 

Komentari Artikel Ini