Detik-detik Penyerahan BLT Kepala Desa Bunuh Diri

Bagikan Artikel Ini:

Detik-detik Penyerahan BLT Kepala Desa Bunuh Diri

Suaraburuhnews.com – Sulbar – Tak disangka, Kepala Desa Buangin Mamasa Kecamatan Rantebulahan Timur, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat bernama Pelipus (38) yang akan menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) tahap ketiga ditemukan tewas tergantung.

Pelipus ditemukan warga tergantung seutas kabel mikrofon di pohon kopi di Dusun Buangin.

Sebelum ditemukan tewas tergantung, Pelipus rencananya akan melakukan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) tahap ketiga di Kantor Desa., di Dusun Buangin.

Pelipus meninggalkan rumah berboncengan dengan ponakannya bernama Alber.

Sebelum sampai di kantor desa, Pelipus meminta turun di salah satu jembatan dengan alasan hendak buang air besar.

Pelipus lalu menyuruh Alber untuk melanjutkan perjalanan ke kantor desa.

Sejumlah warga di kantor desa, nampak menunggu kehadiran Pelipus.

Bukan hanya warga, camat Rantebulahan Timur juga menunggu kehadiran kepala desa.

Namu tak kunjung tiba, pihak camat merasa resah hingga akhirnya menyuruh warga mencari Pelipus.

Beberapa saat kemudian, Pelipus ditemukan tergantung di pohon kopi.

Pelipus pertama kali ditemukan Teopilus sekira pukul 10.00 Wita.

Baca Juga :  Pelaku Penikaman di Riau Terancam Hukuman Pidana Seumur Hidup

“Pertama kali saya temukan, saya langsung kaget. Tapi saya tidak langsung sentuh. Saya kembali melaporkan ke camat,” ujarnya.

Beberapa fakta sebelum Pelipus ditemukan tewas tergantung

Sempat didemo mahasiswa Pada 28 Mei 2020,Kepala Desa Buangin Pelipus mendapat protes dari Aliansi Pemuda Pelajar dan Mahsiswa Buangin (APPMB).

Para mahasiswa menyegel kantor Desa Buangin, Kecamatan Rantebulahan Timur, Kabupaten Mamasa.

Aksi ini sebagai bentuk kekesalan terhadap Kepala Desa dan Ketua BPD yang dikirimi surat untuk melakukan audiensi.

Namun Kepala Desa dan Ketua BPD tidak datang menemui mereka.

Ia dituding tidak transparan mengelola anggaran, dan terdapat sejumlah kegiatan yang tidak selesai dikerjakan pada tahun 2019, serta gaji aparat belum dibayarkan.

Aksi protes ini berujung penyegelan kantor desa.

Selang beberapa bulan, kasus ini akhirnya dinyatakan selesai.

Pihak inspektorat daerah merekomendasikan Pelipus untuk pengembalian sejumlah kerugian negara yang diakabatkan.

Namun sumber lain menyebutkan, kasus tersebut sempat dilaporkan di Kejaksaan Negeri Mamasa dan hingga kini belum diproses.

Sebelum ditemukan tewas, Pelipus rencananya akan menyalurkan bantuan tunai.

Baca Juga :  IPMKP Aksi Damai Tuntut CSR PT Indosawit Subur

Ia dibonceng keponakannya bernama Alber untuk datang ke kantor desa menyalurkan bantuan.

Namun alasannya hendak buang air, pelipus akhirnya meminta Alber berhenti disalah satu jembatan sekira 1 km dari rumahnya.

Alber tak menyangka permintaan untuk buang air itu akan berujung tewasnya Pelipus.

Diduga Membawa Uang Sebanyak Rp 24 Juta

Sebelum ditemukan tewas tergantung, sejumlah sumber menyebut bahwa Pelipus membawa sebuah tas berisi uang Rp 24 juta untuk disalurkan.

Namun sumber lain menyebutkan bahwa Pelipus pergi tanpa membawa sebuah tas.

“Saya tidak lihat tasnya, yang ada itu saya punya tas yang saya taruh di depan,” ujar Alber.

Beberapa hari yang lalu, Camat Rantebulahan Timur, Elim Tupa’langi mengaku mendapat pesan dari kepala desa.

Kata Camat, sebelum meninggal Pelipus berpesan bahwa setelah persoalan di desanya tuntas, ia berniat membangun Desa Buangin dengan niat tulus.

“Setelah dimediasi dengan mahasiswa dua hari yang lalu, dia sepakat membangun Desa Buangin,” kata Camat.

Sumber : Liputan6.com

Poto : Ilustrasi

Komentari Artikel Ini